Perhelatan pilgub Banten yang akan berlangsung Februari 2017 semakin menunjukkan geliat meriah. Hal ini ditandai dengan gelar deklarasi partai pengusung pasangan Wahidin Halim-Andika Hazrumy yang berlangsung berturut-turut di Kota Serang.
Seolah ingin unjuk kekuatan, pasangan WH-Andika menyelenggarakan deklarasi besar-besaran setiap partai pengusung. Diawali dengan Partai Hanura disusul Partai Keadilan Sejahtera. Kedua partai itu menghadirkan ketua umumnya serta jajaran pengurus pusat ke Kota Serang.
Saat yang sama, Rano Karno masih berkutat di seputar siapa yang akan mendampinginya, ini tentu menunjukan incumbent kalah gertak dan ketinggalan langkah.
Veri Muhlis Arifuzzaman, pengamat politik yang juga Direktur Lembaga Survei dan Kantor Konsultan Politik Konsepindo Reserach & Consulting menilai keadaan ini sebagai hal wajar.
“Incumbent memang bisa mengatur pola, bisa saja mendahului deklarasi atau mengakhirkannya, bahkan bisa dengan langsung mendaftar ke KPU, itu untuk memberi efek kejut,” demikian analisis Veri melalui rilisnya yang diterima bantenday.com, Senin 22 Agustus 2016.
Veri menduga sedang terjadi proses politik yang intens diantara parpol yang belum atau tidak bergabung dengan koalisi pengusung WH-Andika.
“Ini menarik dicermati, bisa saja ada kejutan di akhir,” demikian ujarnya.
Bagi Veri dengan siapapun Rano berpasangan tak boleh dianggap remeh. Rano Karno adalah aktor tiga zaman, para pemilih pemula, pemuda, orang tua sampai kakek nenek renta mengenal Rano.
“Jangan lupa, di dua pilkada sebelumnya yakni Pilkada Kabupaten Tangerang dan Pilkada Provinsi Banten, Rano dipinang karena kekuatan popularitas dan efek menahan laju penurunan elektabilitas pasangannya,” jelas Veri.
Veri mengingatkan kepada pendukung WH-Andika untuk tidak menganggap kecil apalagi meremehkan Rano.
“Rano itu contoh arktor yang sukses jadi kepala daerah. Jadi meremehkan Rano, sama seperti membidikkan senjata ke jantung sendiri,” demikian tutup Veri, konsultan politik yang banyak memenangkan kandidat di berbagai pilkada di Indonesia.
Seolah ingin unjuk kekuatan, pasangan WH-Andika menyelenggarakan deklarasi besar-besaran setiap partai pengusung. Diawali dengan Partai Hanura disusul Partai Keadilan Sejahtera. Kedua partai itu menghadirkan ketua umumnya serta jajaran pengurus pusat ke Kota Serang.
Saat yang sama, Rano Karno masih berkutat di seputar siapa yang akan mendampinginya, ini tentu menunjukan incumbent kalah gertak dan ketinggalan langkah.
Veri Muhlis Arifuzzaman, pengamat politik yang juga Direktur Lembaga Survei dan Kantor Konsultan Politik Konsepindo Reserach & Consulting menilai keadaan ini sebagai hal wajar.
“Incumbent memang bisa mengatur pola, bisa saja mendahului deklarasi atau mengakhirkannya, bahkan bisa dengan langsung mendaftar ke KPU, itu untuk memberi efek kejut,” demikian analisis Veri melalui rilisnya yang diterima bantenday.com, Senin 22 Agustus 2016.
Veri menduga sedang terjadi proses politik yang intens diantara parpol yang belum atau tidak bergabung dengan koalisi pengusung WH-Andika.
“Ini menarik dicermati, bisa saja ada kejutan di akhir,” demikian ujarnya.
Bagi Veri dengan siapapun Rano berpasangan tak boleh dianggap remeh. Rano Karno adalah aktor tiga zaman, para pemilih pemula, pemuda, orang tua sampai kakek nenek renta mengenal Rano.
“Jangan lupa, di dua pilkada sebelumnya yakni Pilkada Kabupaten Tangerang dan Pilkada Provinsi Banten, Rano dipinang karena kekuatan popularitas dan efek menahan laju penurunan elektabilitas pasangannya,” jelas Veri.
Veri mengingatkan kepada pendukung WH-Andika untuk tidak menganggap kecil apalagi meremehkan Rano.
“Rano itu contoh arktor yang sukses jadi kepala daerah. Jadi meremehkan Rano, sama seperti membidikkan senjata ke jantung sendiri,” demikian tutup Veri, konsultan politik yang banyak memenangkan kandidat di berbagai pilkada di Indonesia.
Sumber: bantenday.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar