Cacatan Akhir Tahun 2017: Kapan Saya Mulai Menulis

Sabtu, 30 Desember 2017, Saya menerima paket kiriman buku “Bagaimana Saya Menulis”. Buku ini berisikan kumpulan tulisan para pengiat Birokrat Menulis (birokratmenulis.org). Birokrat Menulis adalah sebuah pergerakan literasi menulis bagi birokrat yang peduli dengan permasalahan birokrasi. Sangat inspiratif tulisan-tulisan dalam buku tersebut, walau baru sempat Saya baca hingga tuntas keesokan harinya. Satu hal terbersit dalam jiwa ini tatkala selesai hingga tulisan terakhir dalam buku tersebut: Kapan Saya Mulai Menulis?

Tulisan dimaksud bukan kapan Saya bisa menulis, atau mengenal tulisan, kalo itu, yang pasti saat duduk di kelas satu sekolah dasar. Dengan bimbingan guru, menulis di lembar pertama buku putih kosong dengan huruf i sebanyak lima huruf “i i i i i” sebagaimana dicontohkan di papan tulis. Bukan itu, tulisan dimaksud adalah sebuah karya merangkai kata-kata, menjadi kalimat-kalimat, paragraf dan akhirnya menjadi tulisan lengkap secara utuh dan kadang dijilid.

Seketika itu juga pikiran Saya melayang jauh ditahun-tahun awal kerja (mulai bekerja tahun 1995) sebagai pegawai negeri sipil di Serang – Banten. Ternyata emang hobi Saya menyusun laporan kegiatan, tatkala orang lain enggan untuk tulis menulis laporan, justru Saya paling semangat untuk membuat laporan, karena disitu banyak pengetahuan yang dapat diserap. Profesi pembuat atau penyusun laporan semakin berkembang tatkala ditempatkan di organisasi perencanaan - Bapppeda, dimana output dari kegiatan-kegiatan tersebut berupa kajian dalam bentuk laporan yang berjilid-jilid.

Tahun 2001 merupakan awal karier Saya menduduki jabatan struktural dalam organisasi pemerintahan di kecamatan. Ajaibnya, saya ditempatkan di kecamatan yang baru saja dimekarkan, artinya kecamatan tersebut belum memiliki sumber daya memadai, terutama terkait data dan informasi kecamatan sebagaimana hal biasa yang dilakukan tatkala di institusi Bappeda sebelumnya. Walhasil, untuk mendukung kerja Saya, disusunlah sebuah buku yang Saya labelin dengan “Data Dan Informasi Bidang Kesejahteraan Sosial Kecamatan Tunjung Teja Tahun 2002”, sesuai dengan jabatan Saya. Mungkin buku ini adalah buku pertama Saya, walau masih dijilid secara sederhana dan dipergunakan untuk keperluan kantor sendiri saja. Buku ini jauh dari kesempurnaan, hanya berisi kumpulan data yang berasal dari Serang Dalam Angka Tahun 2001 dan Monografi Desa, makanya tidak layak juga disebut sebuah karya buku.

Cling!!! Pikiran melayang ditahun 2001, begitu dilantik, ternyata Saya mendapat panggilan untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Serang bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Banten dan Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Diklatpim ini adalah menyusun makalah berisikan kajian tentang bidang tugas yang diemban. Bagi Saya, ini adalah peluang, sambil menyelam minum air. Sudah bukan rahasia lagi bahwa kebanyakan orang (baca: pegawai) malas untuk mengetik dan menyusun kata dari makalah tersebut. 

Saya bilang peluang, karena Saya bisa membantu mereka, peserta diklat untuk menyusun makalah tersebut, tentunya dengan imbalan yang pantas dalam bentuk uang. Tetapi bukan artinya Saya menyusun dari A sampai Z, tetapi tetap melibatkan sang empunya makalah, seperti substansi masalah, bidang tugas, arah atau tujuan yang diharapkan. Singkatya ide-ide makalah tetap berasal dari mereka, Saya hanya membantu menulis, mengetik, berdiskusi, berkonsultasi layaknya mentor. Pada saat itu, Saya membatasi untuk membantu sepuluh orang peserta diklat, sepuluh dikali sekian rupiah, lumayan lah. Sebagian rupiah tersebut Saya pergunakan untuk membeli buku-buku literatur yang berkaitan dengan makalah tersebut, sekaligus menambah koleksi perpustakaan pribadi Saya.

Cling!!! (lagi) Ternyata, hobi Saya membantu seseorang untuk menyusun makalah sebagaimana di atas, sudah Saya lakukan sejak kuliah, tahun 1995. Laporan Akhir adalah syarat kelulusan yang harus Saya selesaikan pada program diploma tiga Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri di Jatinangor – Sumedang. Ditengah tekanan waktu penyelesaian, sempat-sempatnya Saya juga membantu seorang rekan untuk menyusun laporan akhirnya. Ini murni sukarela, karena dia tidak dapat dengan jelas untuk menyusun sendiri karena keterbatasan penglihatan di komputer (jaman WS/lotus lagi). Menjelang akhir pendidikan kami, dia harus menjalani operasi mata karena sesuatu hal (maaf tidak disebutkan disini), dan dijadwalkan operasi tersebut setelah jadwal wisuda oleh Presiden RI, artinya bila tidak dibantu, mungkin dia tidak bisa ikut wisuda bersama kami. Tetapi tetap, ide-ide penulisan dan pencarian data responden berasal dari yang bersangkutan. Saya tidak mau menyusun secara total, karena bila dilakukan demikian, nantinya tidak memahami laporan akhirnya, dan dapat gagal pada saat ujian komprehensif untuk menguji laporan akhir tersebut. Mungkin Saya bertindak selayaknya dosen pembimbing bayangan, sekaligus mengetiknya.

Pun, kejadian di atas terulang kembali saat penyusunan skripsi tahun 1998 dan diklatpim selanjutnya. Tetap terjun untuk menyusun skripsi dan makalah orang lain, dan tetap berpedoman terhadap etika penulisan, bahwa Saya hanya sebatas sebagai dosen pembimbing atau mentor bayangan dan membantunya untuk merangkai kata. Apakah salah “profesi” ini? Entahlah. Karena saat ini sudah tidak ada job itu lagi, atau lebih tepatnya sudah tidak mau lagi, karena sudah terlanjur asik untuk menyusun tulisan-tulisan sendiri, untuk buku selanjutnya.

Kembali lagi ditahun-tahun silam, tahun 2008, adalah awal Saya belajar membuat blog di internet, berbekal jaringan telepon di rumah, berselancar di internet sangat mengasikkan, walau saat itu butuh loading cukup lama, butuh kesabaran. Bongkar pasang template blog sambil lihat-lihat blog keren lainnya, cukup membuat lonjakan tagihan telepon di rumah. Awalnya, blog tetap dalam platform gratisan dari blogspot.com, bertulisan tentang perjalanan dari satu daerah ke daerah lain, dari satu tempat ke tempat lain, dari satu wisata ke wisata lain, yang Saya lakukan bersama keluarga. Bosan dengan gratisan, supaya terlihat lebih keren dan berkualitas, blog pun mulai berbayar dengan membeli sebuah domain. Jadilah raddien.com sebagai alamat atau nama blog, raddien adalah akronim dari nama panggilan anak Saya, Rara dan Addien.

Selain bertulisan travelling keluarga dan komunitas, blog tersebut juga berisikan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan umum berkaitan dengan travelling, advanture, dan sejenisnya, hasil perolehan copypaste atau saduran dari web/blog lain dengan tetap menjunjung tinggi norma dan etika copypaste. Tetapi kadang-kadang berisikan juga perihal dunia pekerjaan yang Saya geluti. Jadilah blog campur aduk, tidak memiliki spesifikasi dan karakter tersendiri.

Agar tidak terkesan campur aduk, Saya mulai memodifikasi blog tersebut denggan menggunakan subdomain. Setiap subdomain memiliki kekhasan dalam isi, tulisan, dan materinya. Hingga saat ini terdapat beberapa subdomain:

Pertama, wirapati.raddien.com berisikan materi terkait bidang tugas dan pekerjaan, berita-berita terkait, baik saduran maupun copypaste, dengan semboyan “Memberikan Arti Walau Setetes”. Nama Wirapati Saya ambil dari nama jabatan Saya pada saat menempuh pendidikan di STPDN, dalam struktur Manggalapati (baca: Badan Eksekutif Mahasiswa), Wirapati merupakan struktur komando yang membawahi beberapa Dharma (satuan) Praja. Dalam dunia kemiliteran setara dengan kompi, Wirapati sama dengan Komandan Kompi. Saat Saya Nindya Praja (tingkat tiga), diberi amanah untuk menampuk jabatan Wirapati D Muda Praja, mahasiswa tingkat pertama STPDN.

Kedua, pelangi.raddien.com berisi kumpulan puisi atau sajak Saya dan beberapa penyair Indonesia dan dunia. Puisi-puisi tersebut lahir dari perjalanan hidup, pergolakan hidup, dan perjuangan hidup. Ada saat bahagia, ada pula saat-saat sedih, tatkala terinspirasi untuk menulis, jadilah coretan-coretan sebagaimana terpampang dalam blog tersebut.

Tiga blog utama inilah telah menemani Saya dalam menyalurkan tulisan-tulisan sesuai dengan kategorinya, sebenarnya masih ada lagi subdomain-subdomain lain, tetapi itu tidak penting. Beberapa subdomain tersebut hanya dalam rangka memperbanyak blog dan tampilan iklan di dalamnya, karena semakin banyak orang membuka blog Saya, semakin banyak pula pendapatan Saya dari iklan yang tayang. Lumayan.

Tetapi saat ini, Saya merasa vakum dalam mengisi blog. Entah kenapa. Sepanjang tahun 2017, raddien.com hanya ada enam postingan, pelanggi.raddien.com lebih parah, hanya ada dua postingan, itu pun postingan buku Saya yang telah terbit: “Politik Lokal @Banten” (2017) dan “Perjuangan Rakyat Banten Bagian Selatan Menuju Daerah Otonom” (2017). Blog wirapati.raddien.com setali tiga uang, hanya ada 13 postingan. Menyedihkan!

Penyebabnya? Tidak perlu cari-cari alasan kesibukan kerja, mungkin sibuk nulis buku, mungkin sibuk berorganisasi di Resimen Mahasiswa Mahabanten, atau sibuk-sibuk yang lain. Tidak perlu! Jawabannya Cuma satu: Tidak ada mood!

Puisi yang dulu mengalir begitu saja di tangan, di laman facebook, sekarang seakan-akan mati suri. Cerita perjalanan keluarga yang berisikan foto-foto pun sudah enggan dilakukan, kalah bersaing dengan postingan di facebook, instagram, dan twitter. Media sosial seakan-akan sudah membuntukan postingan di blog, padahal saat ini internet sudah mudah digapai, kecepatannya pun memadai dibandingkan awal-awal tahun 2000-an, dan ada dimana-mana: di rumah, di kantor, pusat keramain dengan free wifi.

Terima kasih om Riyanto El Harist, yang selalu menekan Saya untuk menerbitkan buku dari blog-blog Saya dan akhirnya lahirlah buku perdana “Menyusuri Tanah Jawara” (2016), ini adalah tonggak Saya menerbitkan buku ber-ISBN, walau secara indie (self) publishing, tetap saja menjadi kebanggaan. Menjadi prasasti Saya nantinya. Penjualan buku bukanlah tujuan utama Saya, walau tetap dipasarkan secara online, menulis dan diterbitkan (sendiri) adalah sebuah kepuasan. Aktualisasi diri kata teori Maslow.

Terakhir, terima kasih mas Mudji Santosa yang telah mengenalkan Saya dengan WAG Birokrat Menulis, yang telah mengenalkan Saya kepada orang-orang birokrasi hebat. Benar apa kata bang Rudy M. Harahap, Saya butuh mentor, dan Saya temukan di Birokrat Menulis. Dari WAG ini pula lahir ide-ide penulisan, baik untuk ditayangkan di web birokratmenulis.org atau blog pribadi, maupun sebagai bahan tulisan dalam buku-buku Saya selanjutnya. Dari sini Saya memiliki target penulisan buku, satu tahun satu buku. Alhamdulillah, tahun 2016 satu buku, tahun 2017 sudah dua buku dan tahun 2018 sudah siap buku “Membangun Indonesia: Perspektif Penyelenggaraan Otonomi Daerah” dan buku yang ditulis bersama-sama dengan rekan Saya, Hasan Basri, berrcerita tentang “Mengenal (Kembali) Resimen Mahasiswa Indonesia”. Semoga tidak ada aral rintang yang berarti untuk menambah khasanah literasi di Indonesia.

Sekali lagi, terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar