Entrepreneurship: New Normal Bagi ASN?


Menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah dambaan banyak masyarakat Indonesia. Pertimbangan diminati banyak orang setiap kali ada pembukaan penerimaan Calon ASN antara lain adalah penghasilan pasti setiap bulannya, ditambah dengan jaminan hari tua berupa uang pensiun.

Namun, pandemi virus corona atau COVID-19 telah memberikan pelajaran berharga bagi ASN, atau bagi saya sendiri. Berbagai kebijakan Pemerintah sebagai 'pemilik' para ASN dalam refocussing anggaran pemerintah pusat dan daerah (APBN dan APBD) paling tidak sudah ikut menurunkan pendapatan atau 'take home pay'. Sebagai contoh adalah pengurangan tunjangan kinerja atau tunjangan daerah yang selama ini diterima oleh ASN. Belum lagi sumber-sumber lain yang berasal dari kegiatan, seperti honorarium maupun perjalanan dinas.

Ya, memang honorarium dan perjalanan dinas bukan gaji atau pendapatan tetap, tetapi paling tidak dapat memenuhi kebutuhan lain-lain setiap bulannya. Terutama bagi ASN yang memilliki jabatan struktural atau keahlian khusus seperti widyaiswara. Terhentinya kegiatan pendidikan dan pelatihan mempengaruhi pendapatan bulanan berupa jam mengajar, hanya menerima gaji tetap tanpa tambahan lain-lain dari kinerjanya. Apalagi diterapkannya work from home alias bekerja di rumah.


Diakui pula bahwa saat ini banyak ASN terjebak dalam utang. Gaji maupun tunjangan kinerjanya sudah digadaikan ke bank, alias berutang dengan rentang waktu cukup panjang, bahkan sampai waktu ASN tersebut akan memasuki masa pensiun.

Buat apa berutang? Bagi saya, pengalaman saya pertama kali berutang sejak jadi PNS tahun 1995 adalah untuk memenuhi kebutuhan papan, alias rumah. Saat itu tahun 1998 dengan gaji 220 rupiah manalah mungkin menabung dan memiliki rumah seharga 11 hingga 16 juta untuk ukuran tipe 21, ini untuk rumah sederhana di Serang, Banten. Satu-satunya cara adalah dengan kredit.

Alhamdulillah, perbaikan penghasilan ASN semakin lama semakin baik, tentunya tuntutan kebutuhan dan keinginan hidup pun bertambah. Mulai harus bersekolah lagi untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi dalam rangka menunjang pangkat dan karier, hidup berumah tangga hingga memiliki keturunan dan menyekolahkannya.

Ya, diakui pula bahwa satu persatu kebutuhan tersebut bercampur dengan keinginan. Keinginan yang lebih besar dari kebutuhan itu sendiri, seperti kebutuhan transportasi dan keinginan memiliki kendaraan roda empat, paling tidak kebutuhan dan keinginan ini juga mendukung pekerjaan sehari-hari. Mobilitas dalam pekerjaan menuntut itu, sementara mengandalkan kendaraan dinas sangatlah terbatas, atau susahnya setengah mati bila menggunakan kendaraan dinas bila belum memiliki jabatan.

Kebutuhan lain yang sangat besar adalah untuk pendidikan anak-anak seiring waktu berjalan. Betul, pemerintah telah menggratiskan sekolah dasar hingga menengah, tetapi itu untuk sekolah negeri. Beberapa sekolah negeri favorit pun terkadang walau biaya bulanan (SPP) gratis, tetapi ada saja biaya yang timbul untuk ini dan itu atas nama berbagai kegiatan, tidak ikut bayar kasihan anaknya, ikut bayar artinya ada beban ekstra untuk biaya pendidikan.

Belum lagi bagi oranga tua yang memilih perbaikan kualitas pendidikan bagi anaknya, seperti menyekolahkan pada sekolah swasta yang tentunya memiliki kualitas dan dukungan sarana prasarana di atas rata-rata sekolah negeri. Atau menambah pendidikan di luar sekolah berupa bimbingan belajar atau kursus-kursus untuk mendongkrak pengetahuan anak. Ini semua ada cost yang harus dikeluarkan. Harapannya adalah, dengan memperoleh pendidikan lebih baik akan memberikan harapan masa depan yang lebih terjamin.

Biaya-biaya di atas tertutupi dengan tambahan penghasilan di luar gaji tetap. Gaji tetap saya selama 20 tahun bekerja saat ini kurang lebih 6 (enam) juga per bulan, sudah tidak utuh, potong sana potong sini oleh bank. Harapan satu-satunya adalah tunjangan kinerja yang diberikan dan kegiatan-kegiatan lain dalam pekerjaan untuk memenuhi seluruh kebutuhan di atas. Selama ini, saya dan sebagian besar ASN tentunya tidak terpikirkan akan ada turbulensi dalam penyelenggaraan pemerintahan yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga.


Turbulensi ini mengakibatkan penurunan penghasilan. Namun perlu diingat, kita tetap harus bersyukur karena diluaran sana banyak saudara-saudara kita yang kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Sekarang adalah bagaimana dapat mengambil hikmah atas kejadian ini.

Kehidupan baru apa yang harus dilakukan ASN?

Saya tidak mau nyinyir atau berkeluh kesah. Ini adalah tantangan! Jangan dilihat sebagai ancaman! Ambil sebagai peluang!

Adanya wabah virus corona akan membentuk pola kehidupan baru, atau dikenal dengan New Normal. Mau tidak mau seluruh sektor kehidupan manusia harus mengikuti tata cara kehidupan baru. Selamat datang New Normal!

Selama ini ASN nyaman dengan penghasilannya, baik gaji maupun tunjangan kinerja serta penghasilan resmi lainnya. Saat ini, dengan adanya pandemi COVID-19 penghasilan ASN pun goyah. Jadi, mulailah berpikir untuk mendapatkan penghasilan di luar kantor.

Sudah banyak ASN memiliki penghasilan lain di luar gajinya. Memilliki usaha atau berwirausaha. Sebaiknya anda pun mulai berpikir untuk melakukan hal yang sama. Hal ini untuk mengurangi ketergantungan pendapatan 'take home pay' dari jabatan selaku ASN.

Jangan takut untuk memulai usaha! Banyak cabang-cabang usaha yang bisa dilakukan tanpa meminggirkan pekerjaan utama kita sebagai ASN. Bisa saja usaha tersebut dilakukan orang lain, seperti isteri atau suami sendiri yang bukan ASN, atau sanak famili, atau siapapun yang menjadi orang kepercayaan. Namun, nasehat kecil saya, sebelum dilakukan orang lain sebaiknya lakukanlah sendiri, atau minimal oleh isteri/suami sendiri.

Apalagi kondisi saat ini dengan penerapan social distancing dan/atau physical distancing, orang di rumah saja, membuka peluang usaha secara daring atau online. Membuat masakan, kue, atau makanan olahan lainnya bisa menjadi sumber penghasilan. Berdagang daring menggunakan marketplace seperti tokopedia, bukalapak, shopee, atau media sosial.

Nabung saham bisa menjadi pilihan. Reksadana, emas, atau investasi keuangan lainnya mulai bisa dilirik, baik sebagai tabungan investasi jangka panjang maupun sumber penghasilan harian, mingguan atau bulanan (jangka pendek).


Prinsipnya, apapun itu, mulailah berpikir untuk memperoleh tambahan penghasilan di luar gaji anda secara halal. Kondisi refocussing anggaran pemerintah mungkin saja akan berlangsung lama. Pasca pandemi pastinya pemerintah fokus dalam memulihkan ekonomi masyarakat. Anggaran pemerintah akan fokus mengurangi kemiskinan dan pengangguran yang terjadi saat ini.

Yuk, mulailah membaca dan mencari peluang. Jadilah entrepreneur! Cari peluang usaha yang cocok bagi anda!

Semoga badai ini cepat berlalu, tetapi New Normal sudah harus dimulai!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar