Sembilan Rekomendasi & Delapan Pencerahan Tanwir Muhammadiyah 2019


Sidang Tanwir Muhammadiyah 2019 secara resmi ditutup Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kota Bengkulu (17/02/2019). Sidang tertinggi setelah muktamar itu menghasilkan sembilan rekomendasi kehidupan keumatan, kebangsaan, dan kenegaraan.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, dengan sembilan rekomendasi dan delapan risalah pencerahan itu, pihaknya ingin memancarkan pencerahan untuk kemanusiaan yang universal.

"Kami yakin semua kader anggota persyarikatan akan menjadi pelaku-pelaku pencerahan," katanya saat penutupan sidang tanwir di Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

Daftar rekomendasi yang dibacakan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti di hadapan Wapres Jusuf Kalla, yaitu:
  • Pertama, menjadikan agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur bangsa Indonesia sebagai fondasi nilai dan sumber inspirasi yang mendasar dalam mewujudkan kebijakan-kebijakan strategis negara serta arah moral-spiritual bangsa;
  • Kedua, menegakkan kedaulatan negara di bidang politik, ekonomi, dan budaya, termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam melalui kebijakan-kebijakan strategis yang prorakyat dan mengutamakan hajat hidup bangsa;
  • Ketiga, mengatasi kesenjangan sosial-ekonomi secara progresif dengan kebijakan-kebijakan yang berani, khususnya dalam menghadapi sekelompok kecil yang menguasai ekonomi dan kekayaan Indonesia agar tidak merugikan hajat hidup mayoritas rakyat;
  • Keempat, melakukan rekontruksi pendidikan dan pembangunan sumber daya manusia berbasis pada karakter bangsa;
  • Kelima, menjalankan pemerintahan dengan prinsip negara hukum sebagaimana amanat konstitusi serta menegakkan hukum secara adil dan tanpa diskriminasi;
  • Keenam, melakukan kebijakan reformasi birokrasi yang progresif dan sistemik dengan prinsip good governance;
  • Ketujuh, melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif dan berdaulat dalam melindungi kepentingan dalam negeri serta menjadikan Indonesia selaku negara dengan penduduk muslim terbesar sebagai kekuatan strategis dalam percaturan global;
  • Kedelapan, penataan kembali pelaksanaan kebijakan kesehatan;
  • Kesembilan, penguatan organisasi kemasyarakatan dan civil society.

Selain sembilan rekomendasi di atas, disampaikan pula oleh Abdul Mu’ti "risalah pencerahan". Terdapat delapan poin penting, yaitu:

  • Pertama, beragama yang mencerahkan mengembangkan pandangan, sikap, dan praktik keagamaan yang berwatak tengah (wasathiyah), membangun perdamaian, menghargai kemajemukan, menghormati harkat martabat kemanusian, laki-laki maupun perempuan;
  • Kedua, menghadirkan pemahaman agama untuk memberikan jawaban atas berbagai problem kemanusian. Misalnya, kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan masalah lain, baik yang bercorak struktural maupun kultural;
  • Ketiga, menegaskan khazanah `iqra, yakni menyebarluaskan penggunaan media sosial yang cerdas disertai kekuatan literasi berbasis tabayun, ukhuwah, ishlah, dan ta’aruf. Hal itu demi menunjukkan dan menyebarkan akhlak mulia;
  • Keempat, dalam beragama yang mencerahkan, Muhammadiyah memaknai dan mengaktualisasikan jihad sebagai ikhtiar mengerahkan segala kemampuan (badlul-juhdi) untuk mewujudkan kehidupan seluruh umat manusia yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat;
  • Kelima, menyoroti perlunya umat Islam melakukan perubahan strategi, yakni dari perjuangan melawan sesuatu (al-jihad li-al-muaradhah) kepada perjuangan menghadapi sesuatu (al-jihad li-al-muwajahah). Maknanya, kaum Muslimin diharapkan mampu memberikan jawaban-jawaban alternatif yang terbaik untuk mewujudkan kehidupan yang lebih utama, apalagi dalam kehidupan saat ini yang memunculkan berbagai permasalahan dan tantangan yang kian kompleks;
  • Keenam, perlunya membangun manusia Indonesia yang lebih religius, berkarakter kuat, dan berkemajuan. Hal itu untuk menghadapi berbagai persaingan peradaban yang kian tinggi dengan bangsa-bangsa lain. Tujuan lainnya, untuk mewujudkan masa depan Indonesia yang berkemajuan;
  • Ketujuh, beragama yang mencerahkan itu diwujudkan dalam kehidupan politik yang berkeadaban luhur. Ciri-cirinya disertai jiwa ukhuwah, damai, toleran, dan lapang hati dalam menghadapi perbedaan pilihan politik;
  • Kedelapan, Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang bermisi dakwah dan tajdid. Untuk itu, pihaknya terus berkomitmen kuat untuk mewujudkan Islam sebagai agama yang mencerahkan kehidupan. Hal itu mesti diresapi dalam jiwa, alam pikiran, sikap, serta tindakan para anggota, kader dan pimpinan Muhammadiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar