COVID-19: Selayaknya Hentikan Operasional Pabrik Dan Angkutan Umum

Trend penyebaran coronavirus atau COVID-19 belum mereda, baik secara Internasional maupun Nasional di Indonesia. Tercatat pada situs resmi worldometers pada 05 Mei 2020 jam 22.16 GMT, kasus pandemik coronavirus tercatat 3.719.899 jiwa, dengan kasus kematian sebanyak 257.747 jiwa dan sembuh 1.235.817 jiwa.

Di Indonesia tercatat 12.071 kasus dengan 872 jiwa kematian dan 2.197 jiwa kesembuhan. Masih ditemukan setiap hari kasus positif dari hasil rapid test maupun lanjutannya, swap. Lihat gambar.

Salah satu penyebab terus bertambahnya kasus penyebaran COVID-19 adalah tidak disiplinnya masyarakat menerapkan social distancing atau physical distancing (pembatasan sosial dan pembatasan fisik). Masih banyak ditemukan kerumunan orang, terutama pada kegiatan ekonomi seperti pasar tradisional, angkutan umum, dan industri. Walau telah diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Pertanyaannya adalah, efektifkah penerapan PSBB sementara masih diizinkannya operasional angkutan umum dan pabrik/industri?


Lihat kasus-kasus penyebaran virus corana pada beberapa media berikut:

JakartaGlobe.id menulis, dua pekerja di pabrik rokok HM Sampoerna, merek lokal yang sepenuhnya dimiliki oleh Phillip Morris International, dinyatakan positif terkena virus corona pada 13 April dan mereka akhirnya meninggal karena penyakit tersebut (03/05/2020). Berita bertajuk "Indonesia Quarantines Over 500 Philip Morris Factory Workers" menjelaskan bahwa Pemerintah Kota Surabaya memerintahkan 506 pekerja pabrik untuk melakukan isolasi sendiri di rumah dan melakukan pengujian cepat, di mana 123 orang didiagnosis dengan gejala klinis Covid-19. Dilaporkan bahwa 123 pekerja kemudian ditempatkan di bawah isolasi di sebuah hotel.

CNNIndonesia.com memuat berita "Karyawan Positif Corona, Dua Pabrik di Bekasi Ditutup" menyebutkan bahwa Dua pabrik yang berada di Kabupaten Bekasi ditutup sementara untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19. Penutupan dilakukan setelah ada karyawan yang dinyatakan positif terpapar Covid-19. Penutupan pabrik pertama berawal ketika ketua serikat pekerja di perusahaan tersebut meninggal dunia akibat terpapar virus corona dua pekan silam. Pabrik kedua yang terpaksa ditutup menyusul tiga buruhnya dinyatakan positif berdasarkan rapid test. Pabrik itu secara otomatis ditutup sementara sampai menunggu hasil tes PCR ketiga buruhnya di Laboratorium Kesehatan Daerah yang terletak di Pasir Gombong, Kecamatan Cikarang Utara.

Merdeka.com menulis bahwa Pemerintah Kabupaten Tangerang akhirnya menghentikan sementara operasional PT. EDS Manufacturing Indonesia (PEMI), selama 14 hari ke depan, terhitung sejak (27/4). Pemberhentian operasional perusahaan ini, menyusul dua pekerja pabrik yang meninggal akibat Covid-19 (28/04/2020). "Berdasarkan aturan dalam PSBB, yang salah satu pasalnya menyebutkan, apabila ditemukan karyawan atau buruh yang terpapar Covid 19. Maka industri tersebut wajib melakukan rapid test, yang kedua menghentikan sementara waktu produksi dan operasional selama 14 Hari," kata Bupati Tangerang, A. Zaki Iskandar, Senin (27/4).

Kompas.tv memberitakan bahwa Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, mengumumkan ada 3 orang yang merupakan penumpang KRL Bogor-Jakarta dinyatakan positif corona atau covid-19. Pengumuman tersebut disampaikan melalui akun twitternya, pada Minggu (3/5/2020), setelah Pemprov Jawa Barat melakukan tes swab kepada sejumlah penumpang KRL. Ridwan Kamil mengingatkan, mobilitas orang di KRL yang masih padat, berpotensi menjadi media penyebaran virus corona dari Orang Tanpa Gejala (OTG) (04/05/2020).

Dari contoh kasus temuan baru di atas, klaster kasus virus corona berada pada angkutan umum dan industri, terutama pabrik padat karya. Ya, sudah selayaknya keselamatan orang lebih prioritas dari kegiatan ekonomi. Masih berbondong-bondongnya orang, dan terjadi kerumunan orang pada angkutan umum karena mereka masih dikenakan wajib bekerja. Tidak diliburkannya perusahaan, industri, atau pabrik. PSBB pun dapat gagal.

Sementara dari pihak regulator alias pemerintah masih bertahan terhadap operasional angkutan umum. Kementerian Perhubungan berdalih, penularan virus corona bisa terjadi di mana saja, tidak hanya di KRL.

"Perlu dipahami bahwa penularan COVID-19 bisa terjadi dimana saja, tidak hanya di KRL," kata Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (05/05/2020).

Hal senada disampaikan oleh 5 (lima) Kepala Daerah, Bupati Bogor, Bupati Bekasi, Wali Kota Bekasi, Wali Kota Bogor, dan Wali Kota Depok untuk penghentian operasional KRL.

"Semua sepakat untuk mengirimkan surat segera. Ini tinggal tujuh hari lagi menjelang akhir PSBB kedua, jadi harus cepat. Fokus pembahasannya isu KRL. Ada banyak rekomendasi hasil diskusi tadi, tapi kami kerucutkan menjadi dua opsi kepada Kemenhub," ungkap Wali Kota Bogor, Bima Arya, dalam keterangan tertulis, Selasa (5/5/2020).

Bima Arya menjelaskan lebih lanjut bahwa lima kepala daerah ini sepakat meminta Kementerian Perhubungan untuk menghentikan layanan Commuter Line. Selain itu juga berkoordinasi untuk mewajibkan perusahaan pengecualian PSBB yang masih beroperasi agar menyediakan layanan transportasi antar jemput bagi karyawannya. Atau, apabila kebijakan itu tidak diambil oleh pemerintah pusat, maka kepala daerah meminta agar diterapkan aturan yang ketat. Contohnya seperti penambahan gerbong, penambahan jam operasional, tetap ada layanan transportasi lain (jemputan perusahaan) bagi karyawan, dan ada seleksi ketat bagi orang-orang yang akan masuk stasiun.


Epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman mengimbau pemerintah Indonesia untuk mengetatkan peraturan penggunaan Kereta Rel Listrik (KRL) selama pandemi virus corona Covid-19 (SARS-CoV-2). Menurutnya, KRL sebagai transportasi yang banyak digunakan masyarakat bisa memudahkan penyebaran virus.

"Penularan dari transportasi publik yang padat tentu sangat memudahkan penyebaran virus dan ini berdampak eksponensial," ujar Dicky kepada CNNIndonesia.com, Senin (5/4).

Dicky tidak menyarankan pemerintah untuk menghentikan operasional KRL karena ada konsekuensi yang harus dilakukan, seperti perkantoran atau tempat kerjanya diliburkan. "Kelemahan di kita kan dalam penegakan aturan, itu sebabnya sangat penting kombinasi intervensi yang memperhitungkan pola pergerakan manusia seputar Jakarta," ujar Dicky.

Tentunya, kita ingin pandemik virus corana cepat berakhir. Prediksi akhir dari virus ini di Indonesia pada 1 September 2020 untuk seluruh kasus atau 100% akan habis. Prediksi ini disampaikan oleh para ilmuwan dari Singapore University of Technology and Design (SUTD). Informasi ini diperolah dari situs SUTD yang dikutip Kamis (30/04/2020).

Awalnya, sebulan lalu merilis prediksi data pandemi COVID-19 di Indonesia diperkirakan selesai 99 persen pada akhir Juni mendatang. Namun, berdasarkan data-data terbaru hitungan tersebut mundur hingga September 2020. Kita pasti tidak ingin prediksi berakhirnya virus corona akan terus mundur.

Ayo, kita pasti bisa disiplin, disiplin menerapkan social distancing atau physical distancing agar badai virus corona cepat berlalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar