New Normal: Antara Kejenuhan, Kesehatan dan Ekonomi

Terhitung Juli 2020 Pemerintah lebih melonggarkan pembatasan aktivitas orang. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang awalnya diterapkan sangat ketat mulai direlaksasi. Awalnya, hampir seluruh kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat di tutup atau dilarang beroperasi. Mall, transportasi umum, pabrik, bahkan sekolah diperintahkan untuk ditutup dalam rangka memutus penyebaran wabah pandemik virus corona atau COVID-19.

Lebaran bagi umat muslim di Indonesia selalu disesaki dengan aktivitas mudik atau kembali ke kampung halamannya untuk silaturahim. Stasiun televisi setiap hari di musim arus mudik dan arus balik tiada henti mewartakan kemacetan jalanan. Orang berdesak-desak berjuang untuk menaiki kapal laut, bus. dan angkutan umum lainnya. Bandara pun laksana terminal bus. Namun, lebaran Idul Fitri 1441 H menjadi berbeda. 

Ya, adanya larangan pemerintah untuk melakukan mudik. Jangan membawa virus dari kota ke pelosok negeri! Itu yang disampaikan oleh pejabat pemerintah. Walau curi-curi tetap dilakukan oleh sebagian masyarakat, apalagi mereka yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Tidak mungkin bertahan di ibukota Jakarta tanpa pekerjaan, lebih baik pulang kampung kembali bersama keluarga.


Silaturahim keluarga besar akhirnya dilakukan dengan teleconference, media daring sangat untung di kala pandemik ini. Seluruh aktivitas orang bisa dikatakan berpindah dari luring ke daring. Sebuah lompatan revolusi manusia dalam beradaptasi. Lompatan revolusi industri 4.0!

Kini, seakan-akan masyarakat seperti lepas dari aturan PSBB. Seakan-akan masyarakat bahwa pandemik COVID-19 sudah berlalu. Tuntutan ekonomi menjadi faktor terbesar. Diakui, penutupan dan pelarangan aktivitas warga kurang lebih dari empat bulan telah memporak-porandakan ketahanan ekonomi masyarakat, bahkan negara. Karyawan yang di PHK, di rumahkan, work from home, pengurangan gaji dan tunjangan menjadi kebijakan yang ditempuh banyak perusahaan atau lembaga pemerintah sekalipun. 

Tren Terkonfirmasi Indonesia Makin Meningkat

Relaksasi atau pelonggaran PSBB akhirnya menunjukkan peningkatan orang terkonfirmasi positif. Klaster pasar tradisional, mall, dan perkantoran muncul diberbagai kota. Utamanya di Pulau Jawa. Lihat diagram di bawah ini, terjadi peningkatan kasus terkonfirmasi positif COVID-19 per-hari secara nasional.

Sumber grafik: covid19.go.id

Pengujian rapid test dan swab test yang semakin masif menunjukkan penyebaran virus corona masih terjadi, bahkan semakin banyak orang terkonfirmasi positif. Pada 9 Juli 2020 menjadi angka tertinggi harian hingga kini, dinyatakan 2.657 orang terkonfirmasi positif. Tren pun belum menurun.

Per 12 Agustus 2020 di Indonesia tercatat 130.718 orang terkonfirmasi positif, 39.017 orang dalam perawatan, 85.798 orang dinyatakan sembuh, dan 5.903 orang meninggal dunia. DKI Jakarta masih menduduki peringkat pertama jumlah kasus sebesar 26.624 orang (20,7%), diikuti oleh Jawa Timur 25.917 (20,1%), Jawa Tengah 10.765 (8,4%), Sulawesi Selatan 10.585 (8,2%), dan Jawa Barat 7.694 (6,0%).


Secara global kasus terkonfirmasi mencapai 20.535.454 jiwa dengan korban meninggal dunia sebesar 746.154 jiwa dan dinyatakan sembuh 13.457.354 jiwa. Amerika Serikat menjadi kasus terbesar mencapai 5.305.957 jiwa, diikuti oleh Brazil 3.112.393 jiwa, India 2.332.908 jiwa, Rusia 902.701 jiwa. China sendiri dimana awal kasus virus corona ditemukan berada di urutan 31 dari negara-negara di dunia yang terkena wabah pandemik ini. Indonesia berada di urutan 23.

Apakah peningkatan tren terkonfirmasi positif di Indonesia akibat dari relaksasi PSBB?

Kejenuhan Dan Tuntutan Ekonomi

Kejenuhan masyarakat setelah dikungkung dalam rumahnya sendiri kurang lebih empat bulan, tampak eforia keluar rumah hari-hari belakangan ini. Tidak adanya larangan mudik pada Idul Adha 1441 H yang jatuh pada hari Jumat 31 Juli 2020 benar-benar dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia. Jalan tol Jakarta Cipampek hingga Jalan Tol Cikampek Palimanan pun padat oleh arus mudik. Berbondong-bondong lepas kangen ke kampung halaman sebagai obat rindu karena lebaran Idul Fitri tidak bisa pulang.

Objek wisata dan pusat perbelanjaan modern (mall) ramai oleh pengunjung. Membludak tanpa menghiraukan anjuran pemerintah untuk jaga jarak, pakai masker, apalagi membawa sendiri handsanitizer. Selain kejenuhan, ada tuntutan ekonomi yang harus menggeliat kembali.


Jangan salahkan pemerintah! Pemerintah melonggarkan pembatasan sosial agar ekonomi bergerak kembali. Silahkan beraktivitas mencari pendapatan, silahkan berdagang, silahkan berkantor kembali, tapi perhatikan protokol kesehatan. Jangan sampai Indonesia memasuki jurang resesi, untuk itu pemerintah merelaksasi! Namun, sekali lagi, protokol kesehatan benar-benar diperhatikan. 

Saat ini pemerintah dan berbagai lembaga sosial mengkampanyekan selalu gunakan masker. Memakai masker membuktikan dapat memutus mata rantai penyebaran virus corona 75%. Ayo beraktivitas kembali namun jaga kesehatan!

Ayo jaga jarak, selalu gunakan masker, bila mungkin bawa selalu handsanitizer!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar